jump to navigation

Sayyidah Maryam, Sang Perawan Suci… Agustus 9, 2010

Posted by Mamet in Tidak Dikategorikan.
Tags: , , , , ,
trackback

Pemirsa sekalian, kita bertemu lagi dalam blog saya – yang jarang2 update -... . Berhubung ini sudah mau dekat bulan Ramadhan, kali ini kita akan sama-sama menyimak kisah Sayyidah Maryam Alaiha Salam. Ibunda Nabi Isa Alaihi Salam ini adalah contoh wanita saleh yang taat pada Allah Ta’ala. Memelihara kesucian diri dan kesetiaan yang sejati pada Rabb semesta alam. Tulisan ini saya dedikasikan buat sodari-sodariku - yang sodara juga boleh baca kok – yang tercinta...., karena jarang yang mengenal lebih jauh kisah bertabur hikmah tentangnya berikut sosok mulia pribadinya . Tulisan ini, untuk mendekatkan kita kepada mereka yang dimuliakan dan dijunjung tinggi kehormatannya oleh agama kita, dan diantaranya... Ummu Ruhullah, Sayyidah Maryam Alaiha AsSalam... . Berikut sekilas kisah hidupnya...

Keluarga Terhormat.

Sayyidah Maryam berasal dari kalangan terhormat dan taat beragama. Ayahnya bernama ’Imran Ibn Matsan, bundanya adalah Hannah Bint Qafudzan. Keduanya adalah orang-orang saleh dan memiliki kesetiaan yang tinggi pada agama sehingga Bani Israel memuliakan keluarga yang juga diberikan kedudukan tinggi oleh Allah pada masa itu.

”Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)”
( QS. Ali Imran : 33 )

Pamannya sendiri adalah Nabi Zakariyya Alaihi Salam, sedangkan bibinya adalah Asya’ Bint Qafudzan, bunda Nabi Yahya Alaihi Salam. Tentunya, lingkungan yang bersih dan keluarga yang dipenuhi kesalehan ini juga berpengaruh besar terhadap Sayyidah Maryam.

Nazar Sang Bunda.

Sayyidah Hannah dalam usia tuanya belum juga dikaruniai seorang anak. Sehingga pada suatu ketika tatkala ia tengah bernaung dibawah rindangnya pepohonan, dipanjatkannya sebait doa :
”Ya Allah…, jika sekiranya engkau menganugerahkan seorang anak kepada hamba, maka akan hamba tempatkan ia di Baitul Maqdis – Masjidil Aqsha – untuk melayani rumahMu”
Selang beberapa lama kemudian, Sayyidah Hannah-pun mengandung. Beliau sangat gembira akan anak yang dikandungnya. Kegembiraan itu dituangkan dalam ucapan syukur berupa nazar untuk menempatkan sang anak kelak sebagai pelayan rumah suci yang dimuliakan di Yerusalem ( AlQuds ). Dalam munajatnya beliau berdoa :

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
( QS. Ali Imran : 35 )

Dalam tradisi waktu itu, sudah biasa jika ada yang bernazar untuk menempatkan anak mereka sebagai pelayan di Baitul Maqdis. Di rumah suci itu mereka akan beribadah, membersihkan, dan memeliharanya dengan baik. Jika mereka telah baligh, maka ia boleh memilih, tetap tinggal sebagai pelayan Baitul Maqdis atau pergi kemanapun yang ia suka. Hal ini dianggap baik mengingat pertumbuhan sang anak yang dilaluinya di rumah suci akan berdampak pada akhlaq dan kesalehan pribadinya. Para Nabi dan pemuka agama waktu itu pasti menempatkan keturunan mereka disana. Para pelayan ini haruslah dari kalangan anak lelaki, sebab tidak diperkenankannya anak perempuan sebagai pelayan adalah karena mereka tiap bulan mesti mendapatkan Haidh, dan dalam kondisi ini, mereka tidak diperbolehkan untuk masuk ke Baitul Maqdis. Jadi, sejak kecil, mereka tidak diperkenankan untuk menjadi pelayan disana.
Sayyid Imran yang mendengar doa ini langsung berkata dengan nada khawatir kepada sang istri ; ”Aduhai istriku, celaka!, bagimana kalau nanti anak yang dikandunganmu itu perempuan?!, bukankah hal itu tidak diperbolehkan!!??”
Sayyid Imran merasa khawatir dan senantiasa gelisah memikirkan hal ini sampai beliau-pun wafat sementara Sayyidah Hannah masih dalam keadaan mengandung Maryam.

Kelahiran Sang Perawan Suci.

Yerusalem atau Al-Quds, kota kelahiran Sayyidah Maryam. Tampak komplek Masjidil Aqsha atau Baitul Maqdis, Palestine.

Tibalah waktunya Sayyidah Hannah melahirkan. Kehawatiran sang suami benar adanya, bayi yang dilahirkan adalah seorang wanita. Sayyidah Hannah-pun memanjatkan doa – dalam keadaan beliau mengharapkan anak yang akan lahir seorang laki-laki – ;

“Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.”
( QS. Ali Imran : 36 )

Dengan doa ini, Sayyidah Hannah meminta udzur dari Allah mengenai bayinya – yang tak diperkenankan untuk menjadi pelayan rumah suci karena ia perempuan -, berikut permohonan agar bayinya yang diberi nama Maryam ini dilindungi oleh Allah dari syaithan yang terkutuk demikian pula anak keturunannya.
Allah Jalla Wa ’Ala-pun mengabulkan doa sang ibu. Bayi yang cantik itu sama sekali tidak menangis ketika dilahirkan, demikian pula Nabi Isa kelak. Allah melindunginya dari tusukan syaithan saat pertama kali dilahirkan, karena demikianlah sabda Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa aalihi wa sallam bahwa setiap anak Adam yang baru lahir pasti akan menangis dengan jeritan karena tusukan setan kecuali dua orang, Sayyidah Maryam dan putranya. Allah Tabaraka Wa Ta’ala juga menerima udzur sang ibu dan tetap menerima bayi itu kelak sebagai pelayan di rumah suci karena demikianlah nazar beliau terdahulu.

”Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik..”
( QS. Ali Imran : 37 )

Undian Para Rahib.

Sayyidah Hannah lantas membawa bayi cantik itu ke Baitul Maqdis. Ia meletakkan Maryam kecil dihadapan para pemuka agama, rahib-rahib keturunan Nabi Harun Alaihi Salam. Dengan penuh takzim, Sayyidah Hannah berkata kepada para pemuka agama yang berada dihadapannya ;
”Siapakah diantara tuan sekalian yang berkenan untuk mengayomi nazar ini?”
Para pemuka agama-pun berselisih, masing-masing ingin untuk memelihara dan mendidik bayi tersebut karena Sayyid Imran, ayah Maryam kecil adalah salah seorang yang mereka hormati dan sosok yang dimuliakan diantara mereka. Lantas Nabi Zakariyya Alaihi Salam-pun berkata mereka :
”Saya lebih berhak untuk memeliharanya!, karena bibinya adalah istri saya!”
Para rahib yang lain tidak terima, mereka pada berkata ;
”Kami takkan memperkenankan hal itu!, karena jika sekiranya bayi ini dipelihara oleh yang paling berhak – dari segi kekerabatan – , maka ibunya lebih berhak untuk itu karena ia yang melahirkannya. Cara terbaik untuk memutuskan adalah dengan mengundi, dan yang paling berhak untuk memeliharanya adalah orang yang keluar undiannya.”
Kemudian mereka-pun pergi ke sungai Jordan, masing-masing rahib membawa pena yang khusus yang mereka gunakan untuk menulis Taurat, dan pada masing-masing pena, terdapat nama pemiliknya. Lantas, mereka segera melemparkan pena-pena itu kedalam sungai. Pena mana saja yang mengambang di permukaan air, maka pemiliknya berhak memelihara bayi putri Sayyid Imran tersebut.

Salah satu pemandangan sungai Jordan, Yordania-Palestine.

Pena-pena yang lain tenggelam dan hanyut kecuali milik Nabi Zakariyya Alaihi Salam. Jelaslah sudah bahwa pemeliharaan Maryam kecil jatuh pada seorang Nabi, berikut kepala para rahib di Baitul Maqdis, Zakariyya Alaihi Salam.

”..Dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya…”
( QS. Ali Imran : 37 )

Makanan dari surga.

Nabi Zakariyya Alaihi Salam membawa bayi mungil itu dan dirawat oleh Sayyidah Asya’ Bint Qafudzan, bibi Maryam kecil sekaligus istri terkasih Sang Nabi. Dengan penuh kasih sayang, mereka merawat Maryam hingga tumbuh menjadi gadis lemah lembut yang paling cantik dan terhormat dikalangan Bani Israel. Ditambah dengan kesalehannya, maka jadilah ia seutama wanita disaat itu.
Setelah Maryam mencapai usia baligh, Nabi Zakariyya Alaihi Salam membangun sebuah mihrab atau ruangan khusus tempat tinggal dan beribadah Maryam di BaitulMaqdis. Ruangan itu dibuat agak tinggi dan jika ingin memasukinya mesti menggunakan tangga. Hanya Nabi Zakariyya yang boleh menaiki tangga itu untuk membawakan Sayyidah Maryam berbagai keperluannya seperti makanan dan minuman. Selain itu, lorong menuju ruangan mihrab itu juga memiliki tujuh lapis pintu, hanya dibuka jika Nabi Zakariyya hendak mengirimkan berbagai keperluan tersebut.
Didalam ruangan, Maryam siang dan malam beribadah kepada Allah. Mengagungkan namaNya dan memuja-muji keagunganNya. Tak lupa ia menghaturkan rasa syukur, sujud dan ruku’ dihadapan kebesaran Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Sayyidah yang dipenuhi sifat lemah lembut ini
Seperti biasa, Nabi Zakariyya membawakan Sayyidah Maryam makanan dan minuman kedalam ruangan yang tertutup itu. Akan tetapi alangkah terkejutnya Sang Nabi begitu mengetahui ada buah-buahan ranum lagi segar didalam ruangan yang hanya dapat dimasuki oleh beliau itu.
”Duhai Maryam, darimana buah-buahan ini?” , tanya Sang Nabi.
“Semuanya berasal dari surga.., dari sisi Allah…”, jawab Maryam lembut.
Buah-buahan yang tersedia memang sangat aneh. Jika musim panas tengah melanda Yerusalem, justru di ruangan Maryam ada buah-buahan musim dingin. Begitu pula jika musim dingin mendera daerah itu, justru yang ada di ruangan Sayyidah Maryam adalah buah-buahan musim panas. Hal ini tentu saja membuat Nabi Zakariyya sangat yakin bahwa itu memang datang dari Allah Azza Wa Jalla.

“Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”
( QS. Ali Imran : 37 )

Krisis Bani Israel.

Tibalah tahun yang menyulitkan bagi Bani Israel. Dimana saat itu krisis mendera dan kesusahan hidup merajalela. Nabi Zakariyya Alaihi Salam sendiri terkena dampaknya, sedangkan Maryam, putri Imran yang cantik dan saleh itu masih menjadi tanggungannya. Maka beliau segera menemui orang-orang Israel dan berkata kepada mereka ;
”Demi Allah…, kalian tahu kalau aku sudah sedemikian tua dan tidak sanggup lagi untuk menafkahi Maryam putri Imran. Maka siapakah diantara kalian yang bersedia menanggungnya setelahku?”
”Demi Allah…!!”, jawab orang-orang.
”Sebagaimana yang anda lihat, tahun ini kita ditimpa kesusahan!!”
Kemudian mereka menanggung kebutuhan Sayyidah Maryam bergantian sampai akhirnya mereka mengundi seperti yang dilakukan para rahib terdahulu. Jatuhlah undian pada Yusuf AnNajjar, seorang tukang kayu dan juga sepupu Maryam.
Selama itu, padahal makanan yang dikirimkan Yusuf hanya ala kadarnya. Akan tetapi setiap Nabi Zakariyya Alaihi Salam datang untuk melihat keadaan Maryam, yang terlihat adalah beragam makanan yang lezat lagi banyak. Sang Nabi bertanya lagi darimana datangnya segala macam makanan itu dan dijawab bahwa itu semua berasal dari Allah Jalla Wa Ala yang memberikan rizki kepada makhlukNya tanpa hisab.

”Wahai pemuda!!! Jangan mendekat jika anda seorang yang bertaqwa !!!!”

Maryam keluar menuju arah timur untuk membersihkan diri. Ia baru saja selesai haidh dan untuk kembali ke ruangannya di Baitul Maqdis, ia harus membersihkan diri terlebih dahulu. Selama datang bulan, Maryam tinggal di rumah bibinya, Sayyidah Asya’.
Maryam memasang tabir agar tertutup dari pandangan. Padahal tempat itu sangat sunyi, sepi, dan jarang orang melintas. Akan tetapi karena malu dan tidak ingin terlihat, Maryam memasang tabir demi melindungi kehormatan dan harga dirinya yang paling berharga. Baginya…, aurat wanita adalah kehormatan yang paling agung dan haram dilihat siapapun. Kehormatan dan kesucian seakan ”nyawa”, bagi setiap wanita sejati yang malu pada keagungan Allah Jalla Jalaaluhu.
Setelah membersihkan diri. Tiba-tiba tampak seorang pemuda dikejauhan yang berjalan kearahnya. Betapa khawatirnya Maryam…, dari jauh ia memperingatkan ;
”Wahai pemuda!!! Jangan mendekat jika anda seorang yang bertaqwa!!!, aku berlindung kepada Allah dari tindakan yang akan anda lakukan padaku!!!”
Akan tetapi pemuda itu terus mendekat, dan tampaklah seorang pemuda dengan postur yang bagus, wajah bersih bercahaya, rambutnya hitam pekat, sangat tampan tanpa kumis dan jenggot. Itulah Jibril Alaihi Salam yang datang dalam bentuk seorang pemuda rupawan, berjalan tegap ke arah Sayyidah Maryam yang tampak risau dan khawatir… .
”Jangan takut…”, tukas pemuda tampan itu.
”Aku adalah utusan Rabbmu yang datang untuk memberikanmu seorang putra yang soleh lagi suci dari dosa…”
Alangkah terperanjatnya Maryam mendengar ucapan pemuda tersebut. Lantas dengan penuh keheranan bercampur takut ia bertanya ;
”Darimana saya bisa memperoleh seorang anak…?, padahal…. tak seorang pria-pun pernah menyentuhku…., lagipula saya juga bukan seorang wanita pezina??!!”
”Demikianlah wahai Maryam…, menciptakan seorang anak tanpa adanya seorang ayah adalah mudah bagi Allah. Itu adalah tanda kekuasanNya dan nikmat bagi sesiapa yang mengikuti agama-Nya, yang demikian itu juga perkara yang telah duputuskan olehNya”
Jawab pemuda dengan wajah bercahaya tersebut.
Sayyidah Maryam-pun mengerti, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jika Dia memutuskan, maka terjadilah. Tiada yang mustahil bagiNya. Maka dengan penuh rasa setia dan keimanan kepada Allah, wanita lembut lagi penuh kasih sayang itu menerima apa yang telah diputuskan baginya. Jibril-pun meniupkan angin ke arah wanita suci itu, maka, mengandunglah Maryam…. ., tanpa pernikahan dan tanpa sentuhan pria manapun…
“Demikianlah.” Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.”
( QS. Maryam : 21 )

Kandungan yang penuh mukjizat.

Sayyidah Maryam-pun mengandung. Alangkah gembira hati seorang ibu jika mengetahui bahwa ia tengah mengandung seorang bayi. Bayang-bayang untuk menimang dan bercanda dengan sang buah hati senantiasa menjadi saat-saat indah yang dinanti-nanti. Akan tetapi bagaimana halnya dengan Sayyidah kita yang mengandung tanpa suami ini?.
Alangkah takut dan khawatir hatinya. Bukankah keluarganya adalah para solihin Bani Israel?, bukankah pamannya seorang Nabi dan ia sendiri seorang pelayan di rumah suci?, lalu bagaimana bisa ia mengandung tanpa pernah menikah atau disentuh lelaki manapun???
Siapa yang akan percaya jika ini semua dari Allah?, tiada saksi saat Jibril datang menemuinya saat itu….
Keluarga mana yang takkan malu jika anak gadisnya yang sehari-hari berdiam dan beribadah dalam rumah suci tiba-tiba mengandung tanpa pernikahan?
Masyarakat mana yang takkan marah jika wanita yang selama ini mereka hormati karena hidup diantara para rahib yang saleh tiba-tiba menimang bayi tanpa adanya sang suami disisinya…?
Siapa yang akan percaya jika saya mengatakan yang sebenarnya???…
”Pergi jauh…, pergi…”, demikian batin Maryam. Lantas ia-pun dengan tergesa-gesa segera mengungsikan diri ke sebuah lembah di Bethlehem.

Kurma Bethlehem.

Waktu untuk bersalinpun tibalah….
Tanpa seorangpun yang menemani.., tanpa kehadiran kerabat terdekat…, orang-orang yang dikasihi…
Palestine didera musim dingin yang menggigit. Penduduk Yerusalem, Ramallah, Jericho, Nablus, dan wilayah Tepi Barat lainnya pada musim ini banyak berdiam di rumah untuk menghangatkan tubuh. Angin dingin berembus kencang dengan butiran-butiran salju yang terkadang memutihkan rumah-rumah dan jalan raya.
Nun di lembah bernama Bethlehem, Maryam dengan kandungannya yang semakin berat duduk dengan payah di bawah sebatang pohon kurma yang menyendiri. Dia-pun sendiri. Bersandar pada sebatang kurma ditengah cuaca yang dingin tanpa selimut dan perapian. Perasaan, malu, takut, khawatir, ditambah rasa sakit hendak melahirkan seakan meruntuhkan semangatnya. Remuk redam rasa hatinya mengingat Baitul Maqdis, ayah bundanya, paman bibinya, masyarakatnya…..
”Aduhai diriku….,,,, sekiranya aku mati sebelum hal ini terjadi…., sekiranya mati dan dilupakan orang tanpa diingat-ingat lagi….” , lirih Maryam. Air matanya berlinang sementara rasa sakit semakin menjadi. Tiba-tiba terdengar seruan dari bawah lembah ;

“Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.”
( QS. Maryam : 24-26 )

Dan lahirlah Isa Ruhullah Alaihi Salam….,,, bersamaan dengan itu, pohon kurma yang biasanya berbuah pada musim panas itu-pun mengeluarkan putik, berbunga, dan lantas mengeluarkan buah yang ranum lagi banyak ditengah cuaca yang dingin. Secara tiba-tiba mengalir pula sebuah anak sungai yang berair jernih dan menyegarkan. Maryam-pun mendekap bayi yang penuh berkah itu. Bethlehem menyaksikan kelahiran yang paling berkah dan paling luar biasa pada masa itu. Alangkah bahagianya…
Siapa yang tidak bahagia jika bayi mungil dalam dekapannya berada dalam restu dan ridha Ilahi…
Kini Maryam tidak gundah dan bersedih lagi. Ia yakin, semua ini adalah kehendak Allah dan Dia sendiri yang akan menjaga dirinya berikut sang bayi dari tuduhan yang bukan-bukan dari masyarakat.

Mangar Square, dikatakan bahwa disekitar tempat inilah Nabi Isa dilahirkan oleh Sayyidah Maryam. Kini dibangun Gereja AlMahd ( Buaian ), Bethlehem, Tepi Barat, Palestine.

Tangisan keluarga.

Maryam-pun membawa bayi dalam buaiannya pulang. Kembali ke Yerusalem, tanah para nabi dan tempat dimana rumah suci berdiri. Dengan keteguhan hati, ia menggendong sang buah hati menemui keluarga dan masyarakatnya.
”Hai Maryam!!!!!,,,, kamu sudah menorehkan aib yang besar!!!!” , teriak orang-orang begitu Bunda Ruhullah itu berdiri tegak dihadapan mereka. Mereka mencela dan menghina Sang Perawan Suci dengan tuduhan yang beragam.
”Bagimana mungkin bisa membawa bayi?? Apakah kamu hamil diluar nikah!!!”
”Apakah kamu berbuat zina!!!??”, hina masyarakat yang tidak tahu apa-apa itu.
Pihak keluarga sendiri merasa terpukul dan langsung dirundung duka serta bersedih hati, terbayang pada mereka akan kesalehan Sayyid Imran dan Sayyidah Hannah, berikut seluruh kakek datuk mereka yang saleh, keluarga besar Nabi Musa dan Harun Alaihima Salam.
”Duhai Maryam….”, rintih mereka berurai air mata.
”Duhai Maryam yang kesalehannya seperti Nabi Harun…, bukankah ayahmu bukan seorang yang durjana?… bukankah bundamu juga bukan seorang pelacur murahan?”
”Lantas darimana anak ini….???!!!”, ucap mereka getir.
Maryam sendiri dalam keputusasaan untuk membuktikan kejadian sebenarnya dengan mata berkaca-kaca menunjuk bayi dalam gendongannya.
Orang-orang semakin marah, mereka mengira Maryam mempermainkan mereka. Apakah Maryam telah jadi gila saking tidak tahu harus berbuat apa sampai meminta mereka untuk bertanya sendiri kepada si bayi yang masih dalam buaian?.
”Heh Maryam!!!, bagaimana kami bisa berbicara dengan bayimu yang masih dalam gendongan itu!!!, tunjuk mereka.
Akan tetapi secara tiba-tiba atas izin Allah, terjadilah keajaiban yang disaksikan oleh penduduk Yerusalem dengan mata kepala mereka sendiri. Bicaralah sang bayi dengan fasihnya ;

“Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
( QS. Maryam : 30-33 )

Betapa kaget dan tercengangnya Bani Israel saat itu. Inilah mukjizat Nabi Isa putra Maryam Alaihi Salam yang membuktikan keagungan dan kekuasan Allah yang tiada terbatas. Buah hati pelayan rumah Allah yang masih bayi itu berbicara dikala masih dalam gendongan, membuktikan bahwa sang bunda bersih suci dari semua tuduhan sekaligus memberi bukti bahwa ia bukan seorang anak hazil zina.
Demikianlah sekelumit kisah Maryam, ibunda seorang Nabi dan panutan para wanita yang setia…
Sosok penuh welas asih yang kisah dan pribadinya begitu fenomenal…
Maha Suci Allah yang telah menciptakan Sayyidah Maryam berikut keteladanan yang ada padanya…
Assalamu ’alayka ya Maryam…
Keselamatan atasmu wahai Bunda para wanita suci…
Kesejahteraan atasmu… wahai Bunda Isa Ruh Allah…

{ Kisah tentang Sayyidah Maryam ini saya ambil dari Tafsir Ma’alim At-Tanzil karya Imam AlMufassir Muhyi AsSunnah Abu Muhammad Al-Husein Ibn Mas’ud Ibn Muhammad Al-Farra’ Al-Baghawi Asy-Syafi’i – Semoga Allah mensucikan ruhnya -, Darut Thaybah, Riyadh, cet. II tahun 2002 . Anda bisa merujuknya pada setiap ayat yang saya cantumkan dalam kisah ini, semoga bermanfaat!! }

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komentar